CAFE BUDAYA GEMA FAJAR

Sabtu, 22 Maret 2014

NYANYIAN ODYSSEUS

Telah jauh kudayung perahu
            melepas sauh mengandung rindu
    yang usai kulukis sebagai panji-panji dan bendera
          di saat angin meniupkan layar menuju Ithaca.
Sedang bekalku hanya sepotong roti keju
                        sebagai sisa sarapan pagi yang pilu
                 anggur kita bakal air kelapa
                        sebagai pelepas dahaga
                                          sejak kita bertolak dari dermaga Troya.

  Kecipak laut menampar sampan
                saat remah rotiku berhamburan
karena dengan sepotong roti
   beserta dua buah kelapa muda
           aku datang dengan sebait puisi, sedang kau duduk terjaga
dan mengajakmu berlayar
di bawah semburat matahari yang mulai memerah
      agar rambutmu bertahtakan kemilau cahaya indah
lalu kau boleh menenggaknya kini
          sementara kubacakan sebuah puisi
tentang negeri-negeri yang bagimu masih asing
tentang sepasang merpati yang mati di sangkar
                        meskipun kauanggap itu sebagai kegilaan dan kelakar.         

Perahu sampanku tak disinggahi satu pun penumpang
sebab senja sudah padam
dan tak meninggalkan jejak wajah-Nya yang karam
saat laut mulai berganti pasang.


30—31 Maret 2013
Share This

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By Blogger Templates