CAFE BUDAYA GEMA FAJAR

Sabtu, 22 Maret 2014

MALAM PERGANTIAN TAHUN DI PONDOK LADY GABRIELLA


Di antara bunyi mercon dan petasan yang gempita,
         di sini terdapat kesunyian yang mendera.
Namun setidaknya makan malam telah tersedia
            dan sisa-sisa hujan masih mengembun di jendela
       sementara, aku masih tertegun dan terjaga.

Dengan gaun hitam transparan ia kemudian telentang
     matanya yang biru tertuju pada jam yang berdentang
                 dan dadaku sesak, dipesiangi tengkuknya yang wangi parfum
     maka jantungku berderak, lantaran buah dadanya nyembul
                                                bagai mangga yang sudah ranum
                        dan tampak jelas saat kaubergolek di atas permadani Qum.
Kemudian gaunnya basah oleh peluh
      sementara kristal-kristal keringat di keningnya tampak meluluh.
Kini, kau dan aku terjaga
            bagai Adam dan Eva,
seusai melakukan ritual purba
                yang menyisakan kenang dalam matamu yang banal
                 tapi bagimu, akulah yang bocah nakal.

Kuharap segalanya kauingat, Lady,
          meski kelak kita bakal sendiri setelah awal Januari,
   karena pertemuan tidak hanya terjadi secara jasmani
                        terlebih mulutmu makin berbau Brandy.
“Bawalah aku ke duniamu”, katamu menggoda.
Tapi mengapa kau rayu aku dengan kelakar tentang maut yang menyiksa
sementara aku lebih senang pada dataran tinggi,
              hamparan Savana, dan kebun Lily sambil merajut mimpi.

Entah, kini aku masih berbaring di atas sofamu
                             sambil mencermati kisahmu di masa lalu
                kutemukan perempuan sepi yang gagal mencabut duri
          dalam wajahnya yang kadang muram kadang berseri
tapi, katamu kauinginkan aku,
                    sebagai pelepas rindu
            pada kekasih yang tewas di kampung halamanmu.

Bogor, akhir 2012
Share This

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By Blogger Templates