Buat Raden Syafa Siti Shafaria
Rembulan tampak malu di balik mega
bintang-gemintang bersembunyi di
cakrawala
satu kalimat beruntai tanya, di antara
mercon dan
petasan yang gempita, “Kekasihku, sedang
apakah kau di sana?”
Aku berdiri di antara senyap
angin berpulang, pada pepohonan ia
hinggap.
Kini, rembulan memancar
dan menguntai tanya, “Manakah kalung
lazurit buat si pacar?”
Engkau yang tak pernah berpaling,
dengan cincin bermata zamrud telah
kusunting.
kau buat hatiku bernyanyi bagai seruling
dan bertanya, “Adakah badai mengusik
cinta kita agar bergeming?”
Maut kian akrab dan meraja
tiap tahun ia datang tanpa diminta
Wahai Sang Pemegang Kuasa,
silakan kau limpahkan kami nestapa,
namun jangan pernah kau tinggalkan kami
walau sedetik saja!
Nestapa melahirkan duka
duka melahirkan luka
luka melahirkan cinta
cinta melahirkan prasangka
prasangka melahirkan tanya,
“Tuhanku, apalah arti setitik bahagia?”
Kudatangi gunung-gemunung
kutaklukkan ombak yang bergulung
Engkau di sana, kekasihku, bagaikan
rumput bersembunyi
di antara karang dan bukit tinggi
terasing, seperti Zainab di padang
Kerbala:
Terasa jauh,
Namun berhasil kutempuh.
Ingatlah, kekasihku...
Kelak, bila tubuhku lumpuh,
organ tubuhku tak lagi berfungsi,
dan ingatanku telah sirna,
maka ingatlah aku sebagaimana adanya.
Sebab,
aku hanyalah sebutir debu yg hendak
mewarnai dunia.
Malam Tahun Baru 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar